PENGARUH ALCOHOL DAN NARKOBA, ROKOK TERHADAP PERKEMBANGAN JANIN DAN PERILAKU ANAK DIDIK KEMUDIAN HARI

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.  Latar Belakang Masalah

Kehamilan merupakan proses fisiologi yang perlu dipersiapkan oleh wanita dari pasangan subur agar dapat dilalui dengan aman. Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yangtak terpisahkan. Kesehatan ibu hamil adalah persyaratan penting untuk fungsi optimal dan perkembangan kedua bagian unit tersebut.Selama kehamilan, seorang ibu dapat mengalami berbagai keluhan atau gangguan kesehatanyang membutuhkan obat. Penggunaan obat pada Ibu hamil dapat beresiko bagi ibu hamil dan janin.Banyak ibu hamil menggunakan obat dan suplemen pada periode organogenesis sedang berlangsungsehingga resiko terjadi cacat janin lebih besar. Sedangkan kebanyakan obat yang dipasarkan tidak diteliti efek sampingnya kepada Ibu hamil dan janin tersebut.

Beberapa obat yang dapat melintasi plasenta, maka penggunaan obat pada wanita hamil perlu berhati-hati. Alam plasenta obat mengalami proses biotransformasi, mungkin sebagai upaya perlindungan dan dapat terbentuk senyawa antara yang reaktif, yang bersifatteratogenik!dismorfogenik. Obat-obat teratogenik atau obat-obat yang dapat menyebabkanterbentuknya senyawa teratogenik dapat merusak janin dalam pertumbuhan. Jadi harus diingat bahwa obat yang diberikan selama kehamilan harus untuk kepentingan ibutanpa menghasilkan komplikasi yang tidak diinginkan. Beberapa obat dapat memberi risiko bagikesehatan ibu, dan dapat memberi efek pada janin juga. Selama trimester pertama, obat dapatmenyebabkan cacat lahir teratogenesis, dan risiko terbesar adalah kehamilan & minggu. Selamatrimester kedua dan ketiga, obat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan secarafungsional pada janin atau dapat meracuni plasenta.

Cerdas menggunakan obat selama kehamilan mengharuskan praktisi kesehatan memahami interaksiantara obat-obatan dan kehamilan sehingga menghindari penggunaan sembarangan obat dengankonsekuensi teratogenik seperti tragedi thalidomide. Perubahan fisiologi selama kehamilan dapat berpengaruh terhadap kinetika obat dalam ibu hamil dan menyusui yang kemungkinan berdampak terhadap perubahan respon ibu hamil terhadap obat yang diminum.engan demikian, perlu pemahaman yang baik mengenai obat apa saja yang relatif tidak aman hingga harus dihindari selama kehamilan ataupun menyusui agar tidak merugikan ibu dan janin yang dikandung ataupun bayinya. )ntuk memberikan pengetahuan mengenai penggunaan obat pada ibu hamil, maka farmasis perlu dibekali pedoman dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian bagi ibu hamil dan menyusui

Kehamilan adalah suatu anugerah yang harus dijaga sebaik mungkin dengan memperhatikan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kehamilan, salah satunya dengan menjauhkan diri dari paparan rokok baik sebagai perokok aktif maupun sebagai perokok pasif. Asap rokok dapat menghambat tumbuh kembang janin, tumbuh kembang adalah proses yang terus menerus sejak dari konsepsi sampai dengan maturitas (dewasa) yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. Tumbuh kembang sudah terjadi sejak bayi di dalam kandungan hingga setelah kelahirannya. Faktor lingkungan prenatal yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin salah satunya adalah toksin atau zat kimia (Sulistyawati,2014).

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat. Faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan adalah lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan herediter. Ke empat faktor tersebut disamping berpengaruh langsung kepada kesehatan, juga saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana ke empat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal

Merokok telah diketahui dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan ini dapat disebabkan oleh zat yang berasal dari asap arus utama dan asap arus samping dari rokok. Asap tembakau mengandung lebih dari 7.000 bahan kimia. Di antaranya merupakan zat beracun, antara lain karbon monoksida (CO), polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain, serta partikel pemicu kanker seperti tar, benzopyrenes, vinil klorida, dan nitro-sonor nicotine.

Sebagian besar penduduk perkotaan yang tidak pernah merokok, ternyata ditemukan nikotin dalam darahnya. Ini menunjukkan besarnya polusi udara oleh asap rokok ke lingkungannya. Dengan demikian, dampak asap rokok tidak hanya dirasakan perokok sendiri (perokok aktif), tetapi juga orang yang berada di lingkungan asap rokok (environmental tobacco smoke) atau disebut dengan perokok pasif. Orang yang terpapar asap rokok lingkungan secara umum menghadapi senyawa yang sama seperti yang dihirup langsung oleh perokok aktif, walaupun dengan konsentrasi dan pola waktu yang berbeda.

Pada wanita hamil yang merokok atau terpapar asap rokok (perokok pasif), berisiko lebih besar mengalami keguguran atau melahirkan bayi dengan berat badan rendah dan mudah terinfeksi. BBLR akan berdampak, pada organ tubuh dan fungsinya kurang sempurnah,pertumbuhannya lambat,dan kecerdasan jadi terganggu. Sehingga penulis tertarik untuk membahas hubungan keterpaparan rokok terhadap BBLR. Begitu juga pada wanita hamil dalam mengkonsumsi alkohok atau pun obat-obatan terlarang.

Alkohol mengganggu pengaturan eksitasi atau inhibisi di otak, sehingga mengkonsumsi alkohol dapat mengakibatkan terjadinya disinhibisi, ataksia dan sedasi. Efek farmakologis etanol meliputi pengaruhnya pada proses timbulnya penyakit, perkembangan prenatal, sistem gastrointestinal, kardiovaskular dan sistem saraf pusat. Etanol mengganggu keseimbangan eksitasi dan inhibisi transmisi listrik di otak, yang menyebabkan disinhibisi, ataksia dan sedasi. Toleransi terhadap etanol mulai timbul setelah penggunaan kronis yang ditunjukkan antara lain dengan gangguan psikis dan aktivitas bila konsumsi alkohol dihentikan secara tiba-tiba.

Paparan maupun penggunaan dari alcohol dan rokok, baik secara aktif ataupun pasif, merupakan salah satu fakor lingkungan yang menyebabkan terjadinya perubahan adaptasi pada tubuh manusia (Hamułka, Zielińska, & Chądzyńska, 2018). Telah diketahui konsumsi alkohol dapat meningkatkan factor resiko terjadinya kanker, stroke, gagal jantung dan kematian. Konsumsi alkohol pada masa kehamilan dapat berakibat pada organ janin. Rokok juga dihubungkan kepada resiko yang lebih tinggi pada penyakit kardiovaskular dan paru-paru (Minguez-Alacorn, Chavarro, & Gaskins, 2018). Merokok pada masa kehamilan dapat menyebabkan peningkatan aborsi spontan pada trisemester pertama, abrupsi plasenta premature, kelahiran preterm, berat badan lahir rendah, dan sindrom kematian tiba-tiba pada infant. Konsumsi alkohol pada masa kehamilan dapat menyebabkan terjadinya Fetal Alcohol Syndrome (FAS) atau sindrom alcohol janin yang merupakan gangguan pada pembatasan pertumbuhan janin, gangguan dari system saraf pusat, dan kela inan bentuk wajah (Cogswell, Weisberg, & Spong, 2003). Konsumsi alcohol dan rokok pada masa kehamilan dapat meningkatkan Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) yang merupakan kematian mendadak pada tahun pertama anak dan kasus masih tidak dapat dijelaskan setelah melakukan autopsy dengan hati-hati (Fifer, Fingers, Youngman, Gomez-Gribben, & Myers, 2012).

Penggunaan rokok, baik pasif maupun aktif, dapat meningkatkan kadar karbon monoksida dan nikotin pada ibu dan janin (Hamułka et al., 2018). Asap rokok terdiri dari lebih dari 4000 senyawa kimia yang bercampur, termasuk nikotin, karbon monoksida, dan logam berat. Karbon monoksida akan berikatan dengan hemoglobin dan membentuk karboksihemoglobin, apabila terdapat peningkatan karbon monoksida maka afinitas terhadap oksigen akan berkurang dan akan menggangu pengantaran oksigen ke plasenta. Diketahui bahwa logam berat yang terkandung dalam rokok akan terakumulasi di plasenta dan menyebabkan retriksi dari pertumbuhan janin. Nikotin dapat menyebabkan masalah pada perkembangan otak yang akan menghasilkan masalah pada kognitif, emosional, dan perilaku pada anak (Mcdonnell & Regan, 2019).

Alkohol dapat melintasi penghalang plasenta dan metabolism alkohol di janin dua kali lebih lambat dibanding pada ibu (Hamułka et al., 2018). Konsumsi alkohol pada kehamilan yang merupakan salah satu zat teratogen dapat menyebabkanmasalah pada kehamilan dan menempatkan ibu dalam risiko (Wubetu, Habte, & Dagne, 2019). Terjadi penurunan metabolisme alkohol pada wanita dikarenakan sedikitnya alkohol dehydrogenase pada mukosa lambung. Hal ini menyebabkan efek alkohol akan lebih cepat pada wanita. Pada wanita yang sedang hamil, efek ini dapat menyebabkan persalinan preterm dan aborsi spontan pada trisemester awal (Bhuvaneswar, Chang, Epstein, & Stern, 2007).

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.  Proses Kehamilan

Proses kehamilan di dahului oleh proses pembuahan satu sel telur yang bersatu dengan selspermatozoa dan hasilnya akan terbentuk zigot. zigot mulai membelah diri satu sel menjadi dua sel,dari dua sel menjadi empat sel dan seterusnya. Pada hari ke empat zigot tersebut menjadi segumpalsel yang sudah siap untuk menempel!nidasi pada lapisan dalam rongga rahim endometrium. Kehamilan dimulai sejak terjadinya proses nidasi ini. Pada hari ketujuh gumpalan tersebut sudahtersusun menjadi lapisan sel yang mengelilingi suatu ruangan yang berisi sekelompok sel di bagiandalamnya.

Sebagian besar manusia, proses kehamilan berlangsung sekitar 40 minggu 280 hari dan tidak lebih dari 43 minggu 30 hari. Kehamilan yang berlangsung antara 20-28 minggu disebutkehamilan preterm, sedangkan bila lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postterm. Menurut usianya, kehamilan ini dibagi menjadi 3 yaitu kehamilan trimester pertama 0-14minggu,kehamilan trimester kedua 14-28 minggu dan kehamilan trimester ketiga 28-42 minggu

 

B.  Pengaruh narkoba pada kehamilan

a.   Dampak terhadap ibu hamil

Tubuh seorang wanita yang sedang hamil tentu mengalami perubahan hormonal yang akan mempengaruhi semua sistem pertahanan tubuhnya. Sudah selayaknya bagi ibu hamil semua kebutuhan baik makanan bergizi, istirahat cukup dan keseimbangan emosional dijaga. Akibat konsumsi narkoba ibu hamil menjadi lengah, ia tidak memperhatikan asupan makanan bergizi bagi bayi, pola istirahat tidur juga terganggu (insomia), kecemasan dan ketegangan emosi meningkat terlebih bila kehamilan tidak dikehendaki. Terjadi komplikasi lanjut akibat perubahan hormon dan ketegangan mental ibu hamil, antara lain mual dan muntah berlebihan, kekuarangan cairan( dehidrasi) bisa mengancam setiap saat. Ibu hamil pecandu narkoba menjadi kurang bertanggungjawab dalam memperhatikan kebersihan diri maupun mengupayakan latihan fisik yang sehat sebagai seorang ibu hamil. Ibu hamil menjadi tidak konsentrasi dan berisiko tinggi mengalami cedera setiap saat. Ketidaksiapan fisik seorang wanita pecandu narkoba selama menjalani kehamilan akan semakin melemahkan daya tahan tubuh. Ibu hamil akan mudah mengalami komplikasi penyakit yang menyertai kehamilan, baik itu Infeksi, anemia selama kehamilan berpotensi keguguran, melahirkan prematur, perdarahan pascabersalin, gangguan ginjal akibat konsumsi obat-obatan secara bebas, kenaikan tekanan darah dan risiko tertularnya penyakit hepatitis B maupun HIV selama kehamilan akibat bergantian memakai jarum suntik sesama pengguna narkoba. Risiko penularan penyakit seksual dari pasangan sesama pecandu narkoba semakin meningkat akibat penurunan daya tahan tubuh ibu hamil.

 

b.  Dampak Narkoba bagi janin

Obat-obat narkotika dapat menembus plasenta dan gangguan fungsi pada pembuluh darah plasenta yang mensuplai zat nutrisi maupun oksigen bagi janin. Akibat lanjut bayi menjadi tidak tumbuh sempurna (cacat bawaan), janin mengalami gangguan pertumbuhan otak, berisiko lahir dengan berat badan rendah meskipun cukup bulan, lahir prematur, janin meninggal dalam kandungan, dan terlepasnya plasenta sebelum bayi terlahir.

 

C.  Pengaruh alkohol dan rokok pada kehamilan

Merokok dan konsumsi alkohol pada masa kehamilan dapat menyebabkan berbagai efek yang mengganggu. Rokok dan alkohol memiliki efek negatif terhadap kesehatan. Efek kombinasi alkohol dan rokok yang diketahui terjadi antara lain aborsi spontan, orofacial clefts, atresia anal, kelahiran preterm, berat badan lahir, hambatan dalam pertumbuhan, abrupsio plasenta, stillbirths, dan sudden infant death syndrome/SIDS (Odendaal, Wilhelm, & Elliott, 2009). Dari penelitian yang dilakukan oleh Hanum dan Wibowo pada tahun 2016 didapatkan bahwa ibu hamil yang terpapar asap rokok dapat menurunkan aliran darah ke umbilical yang kemudian menyebabkan gangguan pertumbuhan janin. Hal itu dapat berpengaruh terhadap berat bayi lahir rendah/BBLR (Hanum & Wibowo, 2016).

Penelitian yang dilakukan oleh Nomura, Gilman, dan Buka selama lebih dari 40 tahun mengenai ibu yang merokok minum alkohol selama kehamilan didapatkan adanya masalah berat badan lahir rendah dan masalah pada masa kecil, seperti fungsi akademik yang lebih rendah (Nomura, Gilman, & Buka, 2011). Dari hasil meta analisis yang dilakukan oleh Abraham et al. pada 2017 didapatkan bahwa merokok dapat berpengaruh kepada pengurangan ukuran kepala dan femur pada trisemester kedua dan ketiga (Abraham et al., 2017).

Konsumsi alkohol sebelum masa kehamilan dibuktikan dapat meningkatkan aborsi spontan sebanyak 30%, sedangkan konsumsi rokok sebelum kehamilan dapat meningkatkan resiko cacat jantung bawaan sebanyak tiga kali lipat (Lassi, Imam, Dean, & Bhutta, 2014). Dari penelitian yang dilakukan oleh Nykjaer et al. pada tahun 2014 didapatkan bahwa kelahiran spontan lebih sering terjadi pada trisemester bila ibu minum alkohol lebih dari 2 unit per minggu. Pada penelitian tersebut juga ditemukan kelahiran premature lebih sering terjadi pada wanita yang meminum alkohol tidak lebih dari dua unit per minggu dibandingkan dengan wanita yang tidak meminum alkohol selama kehamilan (Nykjaer et al., 2014). Penelitian dengan metode kohort yang dilakukan oleh Gunnerbeck et al. pada tahun 2014 didapatkan bahwa wanita hamil yang merokok dapat menyebabkan deformitas orofasial yaitu orofacial clefts atau celah orofasial yang merupakan kegagalan fusi atau migrasi dari wajah pada minggu ke-4 dan ke-8 setelah pembuahan (Gunnerbeck et al., 2014).

Pada studi literature yang dilakukan oleh Lassi et al. tahun 2014 didapatkan bahwa konsumsi alkohol dapat dihubungkan dengan aborsi prontan, retriksi pertumbuhan prenatal dan postnatal, dan defek lahir. Alkohol juga merupakan penyebab deficit pertumbuhan saraf di anak yang merupakan salah satu akibat dati fetal alcohol spectrum disorder (FASD). Konsumsi alkohol diketahui juga berhubungan dengan malformasi gastrointestinal dan neural tube defect (NTDs).

Penggunaan rokok pada ibu hamil berpengaruh terhadap intrauterine growth restriction (IUGR), kelahiran premature, berat badan lahir rendah, malformasi kongenital dan sudden infant death syndrome (SIDS). Diketahui bahwa merokok juga dikaitkan dengan peningkatan tiga kali lipat risiko penyakit jantung bawaan. Merokok diketahui tidak berhubungan dengan cacat orofasial, neural tube defect, dan atresia esophagus (Lassi et al., 2014).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Philips et al pada tahun 2010 diketahui bahwa ibu yang meminum alkohol memiliki rasio kematian yang tinggi terhadap sudden infant death syndrome/SIDS (Phillips, Brewer, & Wadensweiler, 2010). Studi literature yang dilakukan oleh Nguyen dan Abenhaim pada tahun 2013 didapatkan merokok pada ibu hamil merupakan salah satu peningkatan resiko sudden infant death syndrome, hal ini diduga karena efek rokok yang menyebankan hipoksia intrauterine dan menurunkan aliran darah uteroplasenta. Konsumsi alkohol baik pada masa kehamilan maupan setelah kelahiran anak dilaporkan meningkatkan resiko sudden infant death syndrome (Nguyen & Abenhaim, 2013).

Kehamilan berhubungan dengan efek yang merugikan pada ibu dan janin seperti gangguan pertumbuhan janin, berat bayi lahir rendah, persalinan preterm, dan peningkatan kematian janin dan bayi. Efek serupa juga dilaporkan terjadi pada ibu hamil yang terpapar asap rokok lingkungan. Terdapat hubungan signifikan ditemukan antara paparan asap rokok lingkungan dengan berat lahir rata-rata rendah.8 Bayi yang lahir dengan berat bayi lahir rendah (BBLR) lebih besar persentasenya pada ibu hamil dengan perokok pasif dibandingkan dengan berat badan lahir normal pada ibu hamil perokok pasif. Berat bayi lahir rendah merupakan bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram, yang ditimbang dalam jangka waktu 1 jam setelah lahir. Berat bayi lahir rendah dapat berakibat jangka panjang terhadap tumbuh kembang anak di masa yang akan datang. Dampak dari bayi lahir dengan berat badan rendah ini adalah pertumbuhannya akan lambat, kecenderungan memiliki penampilan intelektual yang lebih rendah daripada bayi yang berat lahirnya normal. Selain itu bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi.10 World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa di seluruh dunia, 16% dari semua bayi lahir merupakan bayi dengan BBLR. Dari jumlah ini, frekuensi BBLR 90% berasal dari negara-negara berkembang dan sosial ekonomi rendah. Prevalensi BBLR di Indonesia pada tahun 2014 adalah 10,2%.

Depkes RI menyatakan sekitar 57% kematian bayi di Indonesia terjadi pada bayi umur di bawah 1 bulan dan terutama disebabkan oleh gangguan selama perinatal dan BBLR. Menurut perkiraan, setiap tahunnya terdapat sekitar 400.000 bayi dengan BBLR. Bayi dengan BBLR mempunyai kemungkinan 4 kali lebih besar untuk meninggal selama 28 hari pertama masa hidupnya dibandingkan dengan bayi yang mempunyai berat 3000–3499 gram.


D.  Efek Pada Kehamilan

Berat bayi lahir rendah disebabkan oleh 7 faktor, yaitu genetik (faktor gen, interaksi lingkungan, berat badan ayah, jenis kelamin), kecukupan gizi (nutrisi ibu ketika hamil, kecukupan protein dan energi, kekurangan nutrisi), karakteristik dan berat ibu (berat ibu ketika hamil, paritas, jarak kelahiran), penyakit (infeksi di masyarakat seperti malaria, anaemia, syphilis, rubella), komplikasi kehamilan (eklampsia dan infeksi ketika melahirkan), gaya hidup ibu (merokok dan mengkonsumsi alkohol); dan lingkungan (polusi dan faktor sosial ekonomi). Paparan asap rokok merupakan salah satu faktor penyebab BBLR dari segi lingkungan.

Berat bayi lahir rendah dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas bayi. Berat bayi lahir rendah dapat memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga berpengaruh terhadap penurunan kecerdasan. Bayi dengan berat lahir rendah cenderung mengalami perkembangan kognitif yang lambat,kelemahan syaraf dan mempunyai performance yang buruk pada proses pendidikannya. Bahkan BBLR mempunyai dampak yang kompleks sampai usia dewasa, antara lain meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, diabetes, dan gangguan metabolik, kekebalan tubuh dan ketahanan fisik yang hasilnya adalah beban ekonomi individu dan masyarakat. Pengaruh rokok terhadap kehamilan sangat serius. Rokok dapat mengurangi aliran darah ke plasenta sehingga berisiko menimbulkan gangguan pertumbuhan janin. Rokok juga dapat meningkatkan risiko keguguran, berat badan bayi rendah, dan gangguan saluran pada nafas bayi. Semakin lama ibu hamil bersama perokok aktif di dalam rumah dengan rata-rata ibu terpapar asap rokok >7 jam setiap harinya, maka risiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah semakin tinggi. Ibu hamil perokok pasif yang terpapar asap rokok 1-10 batang per hari berisiko 2,4 kali lebih sering untuk terjadinya bayi berat lahir rendah (BBLR). 

Tanda bahaya kehamilan adalah suatu kehamilan yang memiliki suatu tanda bahaya atau risiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya), akan terjadinya penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah persalinan (Tiran, 2010). ibu hamil yang merokok akan dapat menimbulkan berbagai komplikasi terjadi tanda bahaya kehamilan seperti kelahiran sebelum waktunya (prematur), berat badan lahir kurang, mortalitas perinatal dan gangguan-gangguan perkembangan janin Selain itu rokok juga dapat menyebabkan keguguran, gangguan tumbuh kembang anak, gangguan oksigen pada janin, dan gangguan pernapasan. Jika ibu merokok 10 batang per hari, maka kemungkinan anaknya akan menderita asma dua kali lebih besar (Amirudin, 2011).

Tanda-tanda bahaya pada kehamilan adalah tanda-tanda yang terjadi pada seorang Ibu hamil yang merupakan suatu pertanda telah terjadinya suatu masalah yang serius pada Ibu atau janin yang dikandungnya. Salah satu tanda bahaya kehamilan yaitu perokok aktif Jika ibu hamil merupakan Seorang perokok aktif, hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya abortus, solusio plasenta, plasenta previa, insufisiensi plasenta, kelahiran prematur, kecacatan pada janin, dan bayi berat lahir rendah (Prawirohardjo, 2010).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir . Berat badan lahir normal (BBLN) adalah bayi yang lahir dengan berat badan 2.500 gram sampai 4.000 gram.

ciri –ciri yang dapat dilihat pada BBLR yaitu:

1. Lebih kurus

2. Memiliki lemak tubuh yang lebih sedikit.

3. Memiliki ukurang kepala yang lebih besar dibanding dengan ukurang normal.

 

E.  Faktor risiko BBLR

1. Faktor ibu hamil merokok baik perokok aktif maupun pasif, status gizi ibu hamil, jarak kehamilan, umur ibu hamil, paritas, frekuensi ANC (Ante Natal Care) dan penyakit atau komplikasi lain dalam kehamilan serta beberapa penyebab lain yaitu:

a. Pendidikan

Ibu yang memiliki pendidikan yang tinggi semakin mudah memahami cara menjaga kesehatan selama kehamilan. Begitu pula sebaliknya. Ibu yang memiliki pendidikan rendah menyebabkan kurangnya pemahaman akan kesehatan saat kehamilan.

b. Pekerjaan

Ibu yang memiliki pekerjaan berat dan melelahkan dapat mengganggu kondisi kesehatan dirinya dan kandungannya. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan yang berlebihan sehingga menyebabkan terjadinya gangguan perkembangan janin 

c. Umur

Umur reproduksi optimal pada wanita berada di antara 20 – 35 tahun. Karena pada umur tersebut, rahim sudah siap untuk menerima kehamilan . Sedangkan saat umur kurang dari 20 tahun, organ-organ reproduksi wanita belum dapat berfungsi dengan sempurna. Demikian pula dengan wanita yang berusia lebih dari 35 tahun. Organ reproduksi wanita mulai mengalami penurunan kesehatan yang disebabkan oleh proses degeneratif. Kedua hal ini merupakan faktor risiko terjadinya BBLR.

d. Status Gizi

Status gizi ibu pada masa kehamilan dapat mempengaruhi perkembangan janin dalam kandungan. Kekurangan gizi pada masa kehamilan dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin yang dapat menyebabkan BBLR.

e. Paritas

Jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh ibu berpengaruh pada pertumbuhan janin. Seorang ibu yang sering melakukan 17 persalinan memiliki kondisi rahim yang semakin melemah karena adanya jaringan parut di uterus yang disebabkan oleh kehamilan yang berulang-ulang. Hal ini dapat menyebabkan tidak adekuatnya aliran darah ke plasenta yang menyebabkan kurangnya nutrisi ke janin sehingga pertumbuhan janin terganggu.

f. Riwayat BBLR sebelumnya

Interval kelahiran Jarak kelahiran anak dibawah dua tahun dapat mengakibatkan pertumbuhan janin yang kurang baik. Hal ini disebabkan oleh kondisi rahim yang masih lemah, dan kesehatan ibu yang belum pulih sepenuhya.

g. Penyakit Komplikasi

Kehamilan seperti anemia sel berat, perdarahan antepartum, hipertensi, preeklampsia berat, eklampsia, infeksi selama kehamilan, dapat menyebabkan BBLR

h. Tingkat sosial ekonomi

Kejadian bayi berat lahir rendah sering terjadi pada ibu dengan tingkat sosial ekonomi rendah

i. Sebab lain yaitu :

ibu perokok, peminum alkohol, pecandu obat narkotik, atau menggunakan obat antimetabolik. 

2. faktor janin kelainan kromosom

Radiasi dan kehamilan ganda/kembar., infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), disautonomia familial, dan gawat janin.

3. faktor plasenta

Plasenta yang dapat menyebabkan BBLR yaitu berat plasenta berkurang atau berongga, infark, tumor,Faktor hidramnion, luas permukaan plasenta yang berkurang, plasenta previa, solutio plasenta, sindrom transfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), dan ketuban pecah dini.

4. faktor lingkungan

Lingkungan yang berpengaruh antara lain tempat tinggal yang berad di dataran tinggi, paparan radiasi, dan paparan zat beracun seperti yang terkandung dalam asap rokok.

a. Faktor lain yang dapat menjadi penyebab BBLR

Anemia selama kehamilan. Hemoglonin berperan penting untuk mengikat oksigen yang akan diedarkan ke seluruh organ tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan serta perkembangan organ-organ tubuh janin. Kadar hemoglobin yang rendah menyebabkan suplai oksigen dan nutrisi ke janin akan kurang sehingga dapat terjadi intra uterine growth retardation (IUGR). Apabila kondisi ini berlanjut tidak tertangani, maka akan terjadi BBLR. Penelitian ini bertujuan mengetahui seberapa besar efek dari pajanan asap rokok dan anemia terhadap BBLR. 

b. Faktor lain terjadinya BBLR

Faktor sosiodemografi, faktor genetik dan konstitusional, nutrisi, kesakitan ibu, terpapar toxic, faktor obstetrik dan perawatan prenatal. Rokok merupakan agent toxic selama kehamilan sebagai

faktor penting dan independen resiko BBLR. Meskipun perokok pasif terpapar toxicnya lebih rendah daripada perokok aktif, namun efek samping sangat mirip.

 

BAB III

PENUTUP 

Kesimpulan

Dari berbagai paparan diatas dapat disimpulkan bahwa mengkonsumsi Narkoba, Alkohol dan merokok pada saat hamil sangat membahayakan terhadap pertumbuhan janin dan pastinya akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya setelah lahir. Hal ini dapat di buktikan dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Wehby dkk (2011) yang menyatakan bahwa merokok pada ibu selama hamil berkontribusi pada bayi dan berbagai masalah kesehatan hadir pada saat lahir serta gangguan perkembangan perilaku dan perkembangan jangka panjang dan tetap menjadi salah satu yang paling berisiko terhadap perilaku yang berakibat bahaya untuk kesehatan anak dan jangka panjang dari
sumber daya manusia
dengan hasil penelitian menemukan bahwa merokok selama kehamilan dapat secara signifikan mengurangi perkembangan saraf anak dini.

Dampak dari mengkonsumsi narkoba, alkohol dan merokok pada saat hamil sama yaitu dapat mengakibatkan keguguran, efek buruk pada perkembangan saraf anak, kekurangan gizi dan bayi lahir namun berat badan tidak mencukupi atau premature. Nykjaer (2014) hasil penelitian menemukan bahwa trimester pertama menjadi periode yang paling sensitif terhadap efek alkohol pada mengembangkan janin sehingga disarankan untuk menjauhkan diri dari alkohol ketika berencana untuk hamil dan selama kehamilan.

 

DAFTAR PUSTAKA

Amirudin. 2011. Rokok dan Kesehatan. Universitas Indonesia. Jakarta.

Bhuvaneswar, C. G., Chang, G., Epstein, L. A., & Stern, T. A. (2007). Alcohol Use During Pregnancy: Prevalence and Impact. Prim Care Companion J Clin Psychiatry, 7(6), 455–460.

Fifer, W. P., Fingers, S. Ten, Youngman, M., Gomez-Gribben, E., & Myers, M. M. (2012). Effects of Alcohol and Smoking During Pregnancy on Infant Autonomic Control. Dev Psychobiol, 51(3), 234–242.

Gunnerbeck, A., Bonamy, A.-K. E., Wikstro¨mGranath, A.-K., Granath, F., Cnattingius, S., & Wickstro, R. (2014). Maternal Snuff Use and Smoking and the Risk of Oral Cleft Malformations - A Population-Based Cohort Study. Plos One, 9(1).

Hamułka, J., Zielińska, M. A., & Chądzyńska, K. (2018). The Combined Effects Of Alcohol And Tobacco Use During Pregnancy On Birth Outcomes. Rocz Panstw Zakl Hig, 69(1), 45–54. Hanum.

Lassi, Z. S., Imam, A. M., Dean, S. V, & Bhutta, Z. A. (2014). Preconception care : caffeine , s moking, alcohol , drugs and other environmental chemical / radiation exposure. Reproductive

Mariscal, Marcial. 2006. Pattern of Alcohol Consumption During Pregnancy and Risk for Low Birth Weight. AEP Vol. 16, No. 6 Mariscal Et Al. June 2006: 432–438

Mcdonnell, B. P., & Regan, C. (2019). Smoking in pregnancy : pathophysiology of harm and current evidence for monitoring and cessation. The Obstretrician & Gynaecologist, 169–175.

Minguez-Alacorn, L., Chavarro, J. E., & Gaskins, A. J. (2018). reproductive outcomes among couples undergoing assisted reproductive technology treatments. Fertility and Sterility, 110(4), 587–592.

Murphy, Vanessa E. 2010. The effect of cigarette smoking on asthma control during exacerbations in pregnant women. Thorax 2010;65:739e744. doi:10.1136/thx.2009.124941 739.

Nguyen, J. M. Van, & Abenhaim, H. A. (2013). Sudden Infant Death Syndrome : Review for the Obstetric Care Provider. Am J Perinatol, 1(212), 703–714.

Nykjaer, Camilla. 2014. Maternal alcohol intake prior to and during pregnancy and risk of adverse birth outcomes: evidence from a British cohort. J Epidemiol Community Health 68:542–549.

Oyebode, Femi. 2012. Psychotropics in pregnancy: Safety and other considerations. Elsevier Inc. All rights reserved. Pharmacology & Therapeutics 135 (2012) 71–77.

Phillips, D. P., Brewer, K. M., & Wadensweiler, P. (2010). Alcohol as a risk factor for sudden infant death syndrome ( SIDS ). Addiction, 106, 516–525.

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Sulistyawati, Ari. 2014.Deteksi Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Salemba Medika.

Tiran. 2010. Bahaya Rokok. CV. Aneka Ilmu Semarang. Semarang.

Wehby, George L. 2011. The Impact of Maternal Smoking during Pregnancy on Early Child Neurodevelopment The Impact of Maternal Smoking during Pregnancy on Early Child Neurodevelopment. Journal of Human Capital

Wubetu, A. D., Habte, S., & Dagne, K. (2019). Prevalence of risky alcohol use behavior and associated factors in pregnant antenatal care attendees in Debre Berhan,. BMC Psychiatry,19(250), 1–9.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERBEDAAN MAKNA KEBAHAGIAAN PADA MAHASISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

  PERBEDAAN MAKNA KEBAHAGIAAN PADA MAHASISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN   Agus Sulistiawan, Nina Zulida Situmorang, Desi Ariska, Miftah H...