MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN


MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.  Latar Belakang Masalah

Pendidikan,bagi negara berkembang seperti Indonesia, dipercaya sebagai proses utama dalam meningkatkan kesejahteraan. Dengan mendapatkan pendidikan, warga negara Indonesia diharapkan mampu menjadi cerdas daan mampu menjawab persoalan kehidupn yang mereka hadapi dalam keseharian. Perkembangan zaman yang serba cepat seharusnya dijawab oleh dunia pendidikan dengan pembekalan ilmu dan keterampilan yang sejalan dengan teknologi informasi yang ada. Oleh karena itu, dalam rangka mensejahterakan bangsa, pendidikan sudaah selaykanya dikelola secara baik sehingga mutunya menjadik bak juga.

Perkembangan pendidikan sangat dinamis. Pendidikan dulu dianggap sebagai cara menaikkan derajat sosial manusia. Kemudian, pedidikan dirasa sebagai jawaban untuk meningkatkan kualitas hidup manusia terutama dalam hal koneksi sosial. Terlebih lagi, pendidikan diandalkan sebagai cara penguasaan teknologi dan informasi dalam rangka menguasai alam. Pada saat ini, pendidikan menjadi faktor utama yang diharapkan mampu menjawab segala perubahan di mayarakat baik perubahan teknologi maupun tata nilai. Dengan demikian, perkembangan pendidikan juga membersamai perkembangan masyarakat.

Perkembangan teknologi dapat berpengaruh tehadap pendidikan. Teknologi merupakan karya manusia yang didedikasikan untuk menjawab persoalan keseharian. Teknologi tercipta dari mulai yang sederhana sampai yang kompleks. Penciptannya sering ditujukan untuk membuat hidup manusia lebih efisien. Teknologi tidak bisa lepas dari pendidikan. Berkembang dan tidaknya teknologi tergantung pada kualitas pendidikan. Dulu pendidikan tidak mengenal komputerisasi karena teknologi komputer belum ditemukan. Sebaliknya, seiring dengan ditemukan teknologi digital, dunia pendidikan bahkan sudah mengajarkan coding kepada para peserta didik. Dengan perkembangan teknologi, jangkauan pendidikan menjadi lebih luas. Pendidikan dapat dinikmati oleh orang dengan tidak tatap muka secara langsung. Hal tersebut muncul seiring dengan perkembangan internet.

Pendidikan perlu manajemen yang menyasar pada perkembangan sumber daya manusia. SDM di lingkungan pendidikan meliputi pendidik, tenaga pendidikan, dan peserta didik. Pengelolaan sumber daya manusia yang baik dianggap sebagai kunci dari peningkatan kualitas pendidikan. Dengan beragamnya tugas institusi sekolah, manajemen yang efektif diperlukan. Sebuah sekolah perlu menata baik fisik sekolah maupun kompetensi guru mereka. Diperlukan juga kepemimpinan efektif di sebuah sekolah agar terjadi perencanan dan eksekusi rencana yang sesuai.

Manajemen mutu pendidikan merupakan kunci dari pengembangan pendidikan. Mutu pendidikan adalah kualitas sebuah institusi pendidikan yang harus dijaga dan bahkan ditingkatkan. Mutu ini erat terkait dengan kompetensi kepala sekolah, guru dan tenaga kepndidikan lainnya. Salah satu contoh manajemen mutu adalah bagaimana seorang kepala sekolah mampu memetakan kompetensi para guru dan memberikan tugas yang sesuai. Bagi guru, kemampuan memahami para siswa dan memberikan materi yang sesuai merupakan kompetensi dasar yang dibutuhkan. Berbagai potensi sekolah tersebut harus dibingkai dalam menajemen yang baik.

Manajemen mutu pendidikan dilakukan secara komprehensif mencakup semua aspek dalam pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan menyangkut kualitas semua aspek dalam institusi pendidikan. Jika satu aspek saja yang dikembangkan maka akan terdapat kelemahan lain yang nantinya akan melemahkan aspek tersebut. Oleh karena itu, perlu tata kerja dalam peningkatan kualitas pendidikan yang mensinkronkan semua pelaku pendidikan.

Seiring dengan cepatnya perkembangan zaman, manajemen mutu pendidikan perlu dengan cepat pula meresponnya. Berbagai perspektif pengembangan mutu telah dipaparkan oleh berbagai ahli. Pengembangan mutu pendidikan perlu mengikuti perkembangan erspektif tersebut agar tepat dalam menerapkan strategi pengembangan. Salah satu fokus yang dapat dkembangkan adalah personal dari instutusi pendidikan. Pendekatan psikologis tidak terelakkan sehingga karakter para pelaku pendidikan menjadi penting dalam kajian peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, mutu pendidikan dapat ditingkatkan apabila institusi pendidikan mampu mengunakan pendekatan yang tepat dan sesuai dengan karakter pelaku pendidikan di lingkungannya.

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.  Pengertian Mutu Pendidikan

Transformasi sekolah era kontemporer menuju sekolah bermutu terpadu diawali dengan komitmen bersama terhadap mutu pendidikan oleh komite sekolah, administrator, guru, staf, siswa dan orangtua dalam komunitas sekolah. Sedangkan prosesnya melalui manajemen strategi yang berorientasi pada mutu dan difokuskan untuk memenuhi kebutuhan.

Pengembangan mutu dalam sektor pendidikan sesungguhnya mengadopsi berbagai konsep walaupun yang paling dominan adalah konsep mutu dalam dunia industri. Akan tetapi pengembangan mutu akhirnya merembes pada ranah pendidikan menjadi suatu konsep yang paten sehingga mutu pendidikan merupakan suatu hal yang menjelma menjadi keseluruhan primer bagi sekolah untuk bersaing dengan sekolah-sekolah lainnya.

Menurut Edward Sallis (2006) mutu dapt dipandang sebagai sebuah konsep yang obsulut sekaligus relatif. Mutu dalam percakapan sehari-hari sebagian besar dipahami sebagai sesuatu yang absolut contohnya restoran yang mahal, sekolah yang mewah. Sebgai suatu konsep yang absolut mutu sama halnya dengan sifat baik, cantik dan benar merupakan suatu idealisme yang tidak dapat dikompromikan. Dalam defenisi yang absolut, sesuatu yang bermutu merupakan bagian dari standar yang sangat tinggi.

Manajemen mutu pendidikan dapat diartikan sebagai seni dan ilmu dalam mengelola jasa untuk memberikan kepuasan pada pelanggan melalui jaminan mutu supaya tidak terjadi keluhan-keluhan. Bagi peserta didik, sekolah adalah sarana untuk balajar dan di dalamnya terdapat sistem yang terdiri dari input, proses dan output. Oleh sebab itu, sekolah memiliki peran yang penting untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang baik supaya siswa dapat dengan aktif mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya.

Tidak semua masyarakat di pelosok negeri yang dapat merasakan pendidikan. Perkembangan pendidikan semakin terbantu dengan adanya pembangunan infrastruktur sekolah yang dilakukan oleh pemerintah dan juga swasta. Keseimbangan antara pembangunan infrastruktur dengan kualitas sumber daya manusia harus seimbang. Yang dimaksud dengan sumber daya manusia yaitu segala komponen-komponen pendidikan, diantaranya siswa, guru, kepala sekolah, dan tenaga administrasi. Dalam proses pembangunan, peningkatan mutu sumber daya manusia harus dilakukan dengan terencana, terarah, intensif, efisien, dan efektif.Hal ini dilakukan supaya dapat bersaing dalam era globalisasi.

 

B.  Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah

Ada tiga faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan:

a.   Kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational production function atau input analisis yang tidak konsisten

b.   Penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik

c.   Dan peran serta masyarakat khususnya orantua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan sangat minim

Berdasarkan dari penyebab tersebut dan dengan adanya era otonomi daerah yang sedang berjalan, kebijakan strategis yang diambil direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dalam meningkatkan mutu pendidikan untuk mengembangkan SDM adalah :

a.   Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yaitu sekolah diberikan kewenangan untuk merencanakan sendiri upaya peningkatan mutu secara keseluruhan

b.   Pendidikan yang berbasiskan pada partisipasi komunitas ketika terjasi interaksi yang positif antara sekolah da masyarakat, sekolah sebagai komunitas belajar

c.   Dengan menggunakan paradigma belajar yang akan menjadikan pelajar-pelajar menjadi semua yang diberdayakan.

Untuk merealisasikan kebijakan diatas sekolah perlu melakukan manajemen peningkatan mutu. Manajemen peningkatan mutu merupakan suatu model yang dikembangkan di dunia pendidikan. Manajemen pendidikan mutu sekolah adalah suatu metode pengingkatan mutu yang bertumpu pada sekolah, mengaplikasikan sekumpulan teknik. Pemberdayaan semua komponen sekolah untuk secara berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasi sekolah guna memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Dalam peningkatan mutu pendidikan selanjutnya terkandung pada upaya mengendalikan proses yang berlangsung di sekolah, baik kurikuler maupun administrasi, melibatkan proses diagnosis dan proses tindakan untuk menindak lanjuti diagnosis, serta memerlukan partisipasi semua pihak kepala sekolah, guru, staf administrasi, siswa, orantua, dan pakar.

Berdasarkan pengertian diatas dapat dipahami bahwa manajemen peningkatan mutu memiliki prinsip-prinsip berikut :

a.   Peningkatan mutu harus dilaksanakan disekolah

b.   Peningkatan mutu hanya dapt dilaksanakan dengan adanya kepemimpinan yang baik

c.   Peningkatan mutu harus didasarkan pada data dan fakta baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif

d.   Peningkatan mutuharus memberdayakan dan melibatkan semua unsur yang ada disekolah

e.   Peningkatan mutu memiliki tujuan bahwa sekolah dapat memberikan kepuasan kepasa siswa, orangtua, dan masyarakat.

Adapun penyusunan program peningkatan mutu dengan mengaplikasikan empat teknik :

1.   School Review merupakan suatu proses ketika seluruh komponen sekolah bekerja sama, khusunya dengan orangtua dan tenaga profesional untuk mengevaluasi dan menilai efektivitas sekolah, serta mutu lulusan.

2.   Benchmarking merupakan suatu kegiatan untuk menetapkan standar dan target yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu. Benchmarking dapat diaplikasikan untuk individu, kelompok ataupun lembaga

3.   Quality Assurance dalam kerangka organisasi profit, seluruh perencanaan dan kegiatan sistematik yang diperlukan untuk memberikan suatu keyakinan yang memadai bahwa suatu barang atau jasa akan memenuhi persyaratan mutu. Agar efektif jaminan mutu biasanya memerlukan evaluasi berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang memengaruhi kesempurnaan desain atau spesifikasi.

4.   Qualitycontro; merupakan suatu sistem untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan kualitas output yang tidak sesuai dengan standar. Quality control memerlukan indikator kualitas yang jelas dan pasti sehingga dapat ditentukan penyimpangan yang terjadi .

 

C.  Fungsi Manajemen Pendidikan          

Manajemen  adalah merupakan  bagian dari proses pemanfaatan semua sumber daya melalui orang lain, serta bekerja sama dengannya, Proses ini dilaksanakan  untuk satu  tujuan bersama dengan  efektif,  serta efesien juga  produktif.

Manajemen yang ada  sekolah atau madrasah bisa  diberi makna dari beberapa sisi sebagai berikut:

a.   Manajemen pendidikan  adalah sebagai kerja sama untuk mencapai tujuan

b.   Manajemen Pendidikan sebagai  bagian dar proses untuk mencapai tujuan pendidikan itu

c.   Manajemen pendidikan  merupakan suatu system

d.   Manajemen pendidikan sebagai  bagian dari upaya pendayagunaan sumber-sumber yang ada  untuk mencapa tujuan pendidikan.

e.   Manajemen Pendidikan sebagai  bagian kepemimpinan manajemen.

f.    Manajemen pendidikan sebagai proses  untuk pengambilan keputusan

g.   Manajemen pendidikan dalam pengertian yang sempit  diartikan sebagai kegiatan ketatausahaan.

Dalam aplikasinya, peranan manajemen sangatlah  ditentukan oleh fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-fungsi inilah yang menjadi bagian inti dari manajemen itu sendiri, fungsi –fungsi manajemen menurut ramayulis adalah sebagai berikut:

a.    Perencanaan

Merupakan proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Perencanaan juga merupakan kumpulan kebijakan secara sistematik disusun dan dirumuskan berdasarkan data yang dapat dipertanggungjawabkan serta dapat dipergunakan sebagai pedoman kerja. Dalam perencanaan terkandung makna pemahaman terhadap apa yang telah dikerjakan, permasalahan yang dihadapi dan alternatif pemecahannya, serta untuk melaksanakan prioritas kegiatan yang telah ditentukan secara proporsional. Perencanaan program pendidikan sedikitnya memiliki dua fungsi utama; pertama, perencanaan merupakan upaya sistematis yang menggambarkan penyusunan rangkaian tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi atau lembaga dengan mempertimbangkan sumber- sumber yang tersedia atau sumber- sumber yang dapat disediakan; kedua, perencanaan merupakan kegiatan untuk mengerahkan atau menggunakan sumber- sumber terbatas secara efektif dan efisienuntuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

b.    Pelaksanaan

Merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Rencana yang telah disusun akan memiliki nilai jika dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Dalam pelaksanaan, setiap organisasi harus memiliki kekuatan yang mantap dan meyakinkan sebab jika tidak kuat, maka proses pendidikan seperti yang diinginkan sulit terealisasi.

c.    Pengawasan

Dapat diartikan sebagai upayauntuk mengamati secara sistematis dan berkesinambungan; merekam; memberi penjelasan, petunjuk, pembinaan dan meluruskan berbagai hal yang kurang tepat; serta memperbaiki kesalahan. Pengawasan merupakan kunci keberhasilan dalam keseluruhan proses manajemen, perlu dilihat secara kompreherensif, terpadu, dan tidak terbatas pada hal- hal tertentu.

d.    Pembinaan

Merupakan rangkaian upaya pengendalian secara profresional semua unsur organisasi agar berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai tujuan dapat terlaksana secara efektif dan efisien.

Pelaksanaan manajemen sekolah yang efektif dan efisien menuntut dilaksanakannya keempat fungsi pokok tersebut secara terpadu dan terintegrasi dalam pengelolaan   bidang- bidang kegiatan manajemen pendidikan. Melalui manajemen sekolah yang efektif dan efisien tersebut, diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan secara keseluruhan.

Peningkatan kualitas pendidikan bukanlah tugas yang ringan karena tidak hanya berkaitan dengan permasalahan teknis, tetapi mencangkup berbagai persoalan yang sangat rumit dan kompleks, baik yang mencangkup perencanaan, pendanaan, maupun efisiensi dan efektifitas peneyelenggaraan sistem sekolah. Peningkatan kualitas pendidikan juga menuntut manajemen pendidikan yang lebih baik. Sayangnya, selama ini aspek manajemen pendidikan pada berbagai tingkat dan satuan pendidikan belum mendapat perhatian yang serius sehingga seluruh komponen sistem pendidikan kurang berfungsi dengan baik. Lemahnya manajemen pendidikan juga memberikan dampak terhadap efisiensi internal pendidikan yang terlihat dari sejumlah peserta didik yang mengulang kelas dan putus sekolah.

Manajemen pendidikan merupakan alternatif strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Manajemen sekolah secara langsung akan mempengaruhi dan menentukan efektif tidaknya kurikulum, berbagai peralatan belajar, waktu mengajar, dan proses pembelajaran. Dengan demikian, upaya peningkatan kualitas pendidikan harus dimulai dengan pembenahan manajemen sekolah, di samping peningkatan kualitas guru dan pengembangan sumber belajar.

Dalam manajemen pendidikan dikenal dua mekanisme pengaturan, yaitu sistem sentralisasi dan desentralisasi. Dalam sistem sentralisasi, segala sesuatu yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan diatur secara ketat oleh pemerintah pusat. Sementara dalam sistem desentralisasi, wewenang pengaturan tersebut diserahkan kepada pemerintah daerah. Kedua sistem tersebut dalam prakteknya tidak berlaku secara ekstrem, tetapi merupakan bentuk kontinum; dengan pembagian tugas dan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah (lokal). Hal ini juga berlaku dalam manajemen pendidikan di Indonesia, sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan UUSPN 1989 bahwa pendidikan nasional diatur secara terpusat (sentralisasi), namun penyelenggaraan satuan dan kegiatan pendidikan dilaksanakan secara tidak terpusat (desentralisasi). Hal tersebut cukup beralasan karena masing- masing mempunyai kelebihan dan kekurangan sehingga untuk memperoleh manfaat yang sebesar- besarnaya dan mengurangi segi- segi negatif, pengelolaan pendidikan tersebut memadukan sistem sentralisasi dan desentralisasi.

Implikasi desentralisasi manajemen pendidikan adalah kewenangan yang lebih besar diberikan kepada kabupaten dan kota untuk mengelola pendidikan sesuai dengan potensi dan kebutuhan dan meningkatkan efisiensi serta afektifitas dalam perencanaan dan pelaksanaan pada unit- unit kerja di daerah; kepegawaian yang menyangkut perubahan dan pemberdayaan sumber daya manusia yang menekankan pada profesionalisme; serta perubahan- perubahan anggaran pembangunan pendidikan (DIP) yang dikelola langsung dari BKPN (Bappenas) ke kabupaten dalam bentuk block grand  sehingga menghilangkan ketakutan dan pengotakan dalam penanganan anggaran (BPPN dan Bank Dunia, 1999).

Desentralisasi pengelolaan sekolah perlu diletakkan dalam rangka mengisi kebhinekaan dalam wadah Negara kesatuan yang  dijiwai oleh rasa persatuan dan kesatuan bangsa; bukan berdasarkan kepentingan kelompok dan daerah secara sempit. Pelaksanaan desentralisasi dalam pengelolaan sekolah memerlukan kesiapan berbagai perangkat pendukung di daerah. Sedikitnya terdapat empat hal yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan desentralisasi berhasi, yaitu: (1) peraturan perundang- undangan yang mengatur desentralisasi pendidikan dari tingkat daerah, provinsi sampai tingkat kelembagaan; (2) pembinaan kemampuan daerah; (3) pembentukan perencanaan unit yang bertanggung jawab untuk menyusun perencanaan pendidikan, dan (4) perangkat sosial, berupa kesiapan masyarakat setempat untuk menerima dan membantu menciptakan iklim yang kondusif bagi pelaksanaan desentralisasi tesebut.

MBS memerlukan upaya- upaya penyatu paduan atau penyelarasan sehingga pelaksanaan pengaturan berbagai komponen sekolah tidak tumpang tindih, berbenturan, saling lempar tugas dan tanggung jawab. Dengan begitu, tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien.

 

D.  Tujuan Manajemen Pendidikan

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada hakikatnya adalah suatu penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua pemangku kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Melalui Manajemen Berbasis sekolah (MBS) ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan melalui lembaga sekolah. Beberapa hal yang diharapkan melalui penerapan MBS ini ialah:

1.  Salah satu strategi adalah menciptakan prakondisi yang kondusif untuk dapat menerapkan MBS, yakni peningkatan kapasitas dan komitmen seluruh warga sekolah, termasuk masyarakat dan orangtua siswa. Upaya untuk memperkuat peran kepala sekolah harus menjadi kebijakan yang mengiringi penerapan kebijakan MBS. ”An essential point is that schools and teachers will need capacity building if school-based management is to work”. Demikian De grouwe menegaskan.

2. Membangun budaya sekolah (school culture) yang demokratis, transparan, dan akuntabel. Termasuk membiasakan sekolah untuk membuat laporan pertanggungjawaban kepada masyarakat. Model memajangkan RAPBS di papan pengumuman sekolah yang dilakukan oleh Managing Basic Education (MBE) merupakan tahap awal yang sangat positif. Juga membuat laporan secara insidental berupa booklet, leaflet, atau poster tentang rencana kegiatan sekolah. Alangkah serasinya jika kepala sekolah dan ketua Komite Sekolah dapat tampil bersama dalam media tersebut.

3.  Pemerintah pusat lebih memainkan peran monitoring dan evaluasi. Dengan kata lain, pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu melakukan kegiatan bersama dalam rangka monitoring dan evaluasi pelaksanaan MBS di sekolah, termasuk pelaksanaan block grant yang diterima sekolah.

4. Mengembangkan model program pemberdayaan sekolah. Bukan hanya sekedar melakukan pelatihan MBS, yang lebih banyak dipenuhi dengan pemberian informasi kepada sekolah. Model pemberdayaan sekolah berupa pendampingan atau fasilitasi dinilai lebih memberikan hasil yang lebih nyata dibandingkan dengan pola-pola lama berupa penataran MBS.

Peningkatan mutu pendidikan dalam pelaksanaannya perlu mendapat pengawasan yang intensif. Pelaksanaan peran dan tugas pengawasan di sekolah sebenarnya dapat diposisikan dalam upaya penjaminan mutu (quality assurance) yang diimbangi dengan peningkatan mutu (qualitity enhancement). Penjaminan mutu berkaitan dengan inisiatif superstruktur organisasi sekolah atau kepala sekolah dan pendekatannya bersifat top down, sementara peningkatan mutu terkaitan dengan pemberdayaan anggota organisasi sekolah untuk dapat berinisiatif dalam meningkatkan mutu pendidikan baik menyangkut peningkatan kompetensi individu, maupun kapabilitas organisasi melalui inisiatif sendiri sehingga pendekatannya bersifat bottom up.

E.     Aspek Psikologis

Tinjauan manajemen pendidikan dalam persfektif psikologi dapat ditinjau dari aspek fungsi manajemen pendidikan, dalam hal ini dapat dihubungkan tinjuan manajeman pendidikan dalam persfektif psikologi melalui telaah fungsi manajeman yang dikemukakan oleh Hamalik (2006), dalam kajian manajemen pendidikan disebutkan bahwa fungsi manajemen meliputi lima unsur pokok seperti yang telah dikemukakan sebelumnya dalam hakekat manajemen pendidikan.

Dari kelima fungsi tersebut maka ada empat aspek dari fungsi tersebut yang dapat diuraikan tinjauan manajemen pendidikan dalam persfektif psikologi yaitu sebagai berikut pertama, fungsi perencanaan mencakup berbagai kegiatan menentukan kebutuhan, penentuan strategi pencapaian tujuan, menentukan isi program pendidikan, dan lain-lain. Dalam rangka pengelolaan perlu dilakukan kegiatan penyususnan rencana, yang menjangkau kedepan untuk memperbaiki keadaan dan memenuhi fungsi kebutuhan dikemudian hari, menentukan tujuan yang hendak ditempuh, menyusun  program yang meliputi pendekatan, jenis, dan urutan kegiatan, menetapkan rencana biaya yang diperlukan, serta menentukan jadwal dan proses kerja.

Pada fungsi manajemen pendidikan sebagai suatu perencanaan diperlukan tinjauan psikologis khususnya terhadap potensi-potensi yang dimiliki manusia dihubungkan dengan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam fungsi perencanaan perlu diperhatikan perencaan terhadap individu selaku perencana dan pelaksana dari perencaaan yang telah dibuat sebelumnya yang memperhatikan aspek pembawaan seseorang. Menurut Purwanto (2010), tiap-tiap orang atau individu memiliki pembawaan watak, intelejensi, sifat-sifat dan sebagainya yang  berbeda-beda. Dengan perbedaan tersebut maka dalam perencanaan diperlukan perhatian besar terhadap kharakteristik individu seperti pada perencanaan pendidikan dalam menentukan kebutuhan, strategi, serta isi kurikulum. Perlu diperhatikan pemahaman mengenai perkembangan individu seperti pada peserta didik yaitu sejak masa sensori motor hingga ketahapan formal operasional. Dengan demikian perencanaan yang dilandaskan atas pemahaman konsep psikologi akan mengarahkan kepada tujuan yang diharapkan serta dapat terlaksana dengan baik, karena telah memperhatikan aspek kemanusiaan melalui pertimbangan terhadap objek  formal psikologi yaitu manusia.

Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik”. Dengan memahami aspek psikologi dalam pendidikan, maka seorang guru melalui pertimbangan – pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :

1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.

Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.

2. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.

Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.

3. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.

Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.

4. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.

Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.

5. Menciptakan iklim belajar yang kondusif.

Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.

6. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.

Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.

7. Menilai hasil pembelajaran yang adil.

Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil

 

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari penjelasan diatas maka dapat dismupulkan bahwa mutu pendidikan adalah derajat keunggulan dalam pengelolaan pendidikan secara efektif da efisien untuk melahirkan keunggulan akademik dan ekstrakulikuler pada pserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan program pembelajara tertentu. Mutu pendidikan bukanlah upaya yang sederhana melainkan suatu kegiatan dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan akan terus berubah seiring dengan perubahan zaman yang melingkarinya sebab pendidikan merupakan buah dari zaman. Oleh karena itu, pendidikan senantiasa memerlukan upaya perbaikan dan peningkatan mutu sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntunan kehidupan masyarakat.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Edward, Salls. 2006. Total Quality Management in Education. Yogyakarta. Hlm 51-52

 

Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

 

Minanti, Sri. 2017. Manajemen Sekolah. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta

 

Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo.

 

Triatna, Cepi. 2006. Pengembangan Manajemen sekolah. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

 

Purwanto, N. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERBEDAAN MAKNA KEBAHAGIAAN PADA MAHASISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

  PERBEDAAN MAKNA KEBAHAGIAAN PADA MAHASISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN   Agus Sulistiawan, Nina Zulida Situmorang, Desi Ariska, Miftah H...